Minggu, 04 Februari 2024

Cerita pendek

 Iblis Dalam Bilik Kamar


     Hembusan angin malam mulai menerpa rambut gelombang milik anak laki laki bernama Arjuna yang kini sedang bermain alat musik piano. Dengan penerangan yang minim ia masih bermain piano pada malam yang sunyi itu. Anak berumur 13 tahun itu tetap fokus pada piano sampai sampai tidak menyadari keberadaan saudara perempuannya yang 3 tahun lebih tua darinya kini sudah berada di sampingnya, sebut saja Ailee. Arjuna yang menyadari keberadaan sang kakak pun terjengkit satu langkah ke belakang karena terkejut.


     "Kakak... ternyata kau kukira siapa," ucap Arjuna dengan tangannya yang kini menempel pada dadanya. 


     "Kau ini kenapa serius sekali, lihatlah wajahmu yang terkejut haha lucu sekali," ucap Ailee yang menertawakan adiknya.

     

     "Aku... hanya ingin melebihi kakek dalam bermain piano. Aku juga ingin menampilkan bakatku di acara penting yang ada di Kerajaan Gloria seperti kakek dulu," ucap Arjuna sembari kembali duduk ke bangku piano. 


     "Seperti itu ya... baiklah kalau begitu, Aku juga akan serius dalam melukis agar bisa menjadi pelukis pribadi di Kerajaan Gloria nantinya," ucap Ailee kembali ke tempat di mana ia biasa melukis, di pojok ruangan dekat dengan jendela.


     Gadis itu pun mulai melukis dengan pencahayaan dibantu oleh lentera yang berada di sampingnya. Dengan alunan musik piano yang dibawakan oleh adiknya membuat rumah itu semakin terasa damai. Beberapa saat kemudian, pintu rumah mereka terbuka. Memperlihatkan kakek mereka yang baru saja pulang dari kebun dan peternakan miliknya. Arjuna yang melihat kakek seperti kelelahan pun membantu kakek untuk duduk di sofa yang berada dekat dengan pintu. Selain Arjuna, Ailee pun ikut membantu dengan segera membuatkan minuman hangat untuk sang kakek.


     "Hah... kakek kehilangan banyak ternak yang kakek rawat. Kakek tidak tahu apa yang harus kakek lakukan lagi. Segala cara sudah kakek lakukan untuk menangkap pelaku yang mencuri ternak milik kakek," ucap kakek seraya menghela nafas.


     "Masih belum tertangkap ya..," gumam Arjuna yang masih terdengar jelas di telinga sang kakek.


     "Kita harus melakukan cara yang lain kakek. Ayo kita coba lagi. Kalau dibiarkan seperti ini kita akan rugi besar," ucap Ailee yang memberi dukungan pada kakek. Kakek yang mendengar pun hanya bisa tersenyum karena hewan ternak yang dimilikinya hanya tersisa beberapa. 

     

     "Biarkan saja, kakek sudah lelah mengurusnya. Tapi kalian jangan sekali kali mencoba melakukannya sendiri. Karena kakek khawatir jika ada iblis Victory yang akan menyerang," ucap sang kakek.


     "Kenapa bisa di panggil iblis Victory?," tanya Arjuna yang penasaran.

     

     "Kau ini bertanya apa? Tentu saja karena dia berasal dari Kerajaan Victory. Meski dia hanya anak remaja, ia dijuluki iblis karena mempunyai kekuatan yang sangat kuat. Dia sudah beberapa kali berhasil kabur dari penjara Kerajaan Gloria," jelas Ailee kepada adiknya.


     Entah kenapa saat mereka membicarakan tentang iblis Victory, angin tertiup kencang menusuk kulit mereka dari arah jendela. Merasa aneh karena tiba-tiba angin masuk begitu kencang. Berbeda dengan Ailee, Arjuna kini terfokuskan oleh ruangan yang selalu dikunci oleh kakeknya yang berada di dekat jendela dekat kini terbuka sedikit dan melihat 'seseorang' di dalamnya. 


     Tak lama kemudian suara kakek membuat pintu itu tertutup seketika. Tapi lebih anehnya, kenapa hanya dia yang diperlihatkan? dan kenapa kakaknya tidak lihat?


     "Sudah sudah, lebih baik kalian tidur sekarang karena hari sudah semakin larut," ucap kakek seraya berdiri dari duduknya. Ailee dan Arjuna yang tidak bisa menolak pun kini mulai berjalan menuju ke kamar mereka. Saat berjalan menuju ke kamarnya, ia melihat sekali lagi ke arah ruangan misterius itu. Dan benar saja, ada dua pasang mata yang mengintipnya.


     Saat dikamar, mereka pun mulai membaringkan tubuh mereka di ranjang masing-masing dan bersiap untuk tidur. Tapi, saat Ailee ingin tidur. Tiba-tiba Arjuna bersuara dengan lirih memanggilnya.


     "Kak? Apa kau sudah tidur?," tanya Arjuna dengan suara lirih.

     

     "Belum. Ada apa? Dan kenapa suaramu menjadi lirih?," tanya Ailee.

     

     "Sstt.. kakak jangan besuara keras, nanti kakek dengar. Jadi begini kak, tadi aku melihat sesuatu di dalam ruangan yang selalu dikunci oleh kakek. Aku melihat ada... Umm tidak jadi, kakak tidur saja," ucap Arjuna dengan berbaring membelakangi Ailee yang masih kebingungan.


     "Hei, bisa tidak kalau bercerita jangan setengah-setengah? Itu membuatku penasaran kau tahu?," Dirasa tidak mendapat jawaban dari adiknya, Ailee pun memutuskan untuk tidur juga. Tapi tak berlangsung lama, Ailee membuka matanya karena mendengar kebisingan yang berasal dari atap rumah. Ia mendengar seperti kuku yang di goreskan pada atap rumah mereka, orang yang berjalan di atap dan masih banyak lagi sehingga sangat berisik. 


     Ailee melihat ke arah Arjuna yang kini sudah tertidur pulas. Adiknya itu seolah olah tidak terganggu oleh apapun. Kenapa hanya dia yang bisa mendengar? Ailee mulai memikirkan hal hal yang membuatnya tak bisa tidur, dan pada akhirnya ia memilih untuk tidur dengan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Saat bersembunyi di selimut ia merasakan 'sesuatu' yang aneh di sisi kanannya. Tapi ia tidak bisa berbuat apapun karena ia sudah dikuasai oleh rasa takutnya. Dan pada malam itu, pertama kalinya Ailee tidur dengan perasaan yang tidak nyaman. 


     Keesokan harinya semua berjalan seperti biasanya. Pagi yang diawali dengan candaan sederhana yang dibawakan oleh kakek pada kedua cucunya. Sampai pada saat kakek pergi ke kebun, Arjuna melihat lagi ke arah ruangan misterius itu. Sedikit terkejut bahwa ruangan itu hampir terbuka setengah dan didalamnya terdapat 'seseorang' yang kini sudah berani menampakkan dirinya dengan melambaikan tangannya. Seolah-olah 'orang' itu ingin mengajak Arjuna untuk masuk ke ruangan itu. 


     Tidak ada angin atau hujan, tiba-tiba kaki Arjuna merasa sangat ingin sekali masuk ke sana. Arjuna penasaran dengan isi ruangan itu yang  sampai sampai dilarang oleh kakeknya untuk masuk. Arjuna juga mulai merasakan jika perilaku kakek kini 'sedikit' berbeda dari yang dulu.


     Arjuna kini sedikit demi sedikit melangkah mendekati ruangan itu, tapi terhenti karena tiba-tiba kakaknya yang memanggil. 


     "Hei, kenapa kau berjalan seperti itu? Kau mau mencuri ya?," tanya Ailee yang baru saja keluar dari dapur.


     "Enak saja! Aku tidak mencuri!," ucap Arjuna yang kesal seraya melihat lagi ke arah pintu. Pintu itu kembali tertutup dengan rapat saat kakaknya memanggil. Arjuna pun merasa kecewa karena tidak dapat masuk ke dalam ruangan itu.

     

     "Padahal sudah beberapa langkah lagi...," gumam Arjuna yang kini kembali duduk di sofa.


     "Ada apa? Kenapa wajahmu muram?," tanya Ailee seraya duduk di samping adiknya. Arjuna yang melihat kakaknya pun teringat dengan cerita miliknya yang masih menggantung dan sempat membuat kakaknya marah karena penasaran. Akhirnya ia pun memutuskan untuk menceritakan semuanya yang berawal dari melihat 'seseorang' hingga kejanggalan lainnya. Arjuna menceritakan dengan cepat sebelum kakek mereka pulang.


     "Kak bagaimana kalau kita masuk ke ruangan itu? Aku penasaran," ucap Arjuna. 

     

     "Kakak juga ingin seperti itu, tapi kakak takut jika kakek tiba-tiba pulang," ucap Ailee.


     Tanpa berlama-lama Arjuna menarik pelan kakaknya untuk ikut masuk ke ruangan itu. Saat Arjuna memutar kenop pintu, dan benar saja pintu itu tidak dikunci lagi. Ia pun dengan perlahan membuka pintunya hingga terbuka lebar. Di ruangan itu tidak ada siapapun dan hanya ada 1 almari kayu. Mereka sempat saling bertatapan sesaat. Hingga pada akhirnya mereka berdua masuk ke ruangan itu dan menutup pintunya. Mereka mendekat ke almari itu.


     Tapi, tiba-tiba mereka mendengar jika pintu masuk rumah mereka dibuka, mereka sudah menduga bahwa itu kakek yang sudah pulang dari kebun. Mereka berdua pun panik dan memutuskan untuk bersembunyi di dalam almari itu.


     Tak disangka didalam sana sangat gelap hingga perlahan muncul cahaya kecil didalam sana. Mereka terus berjalan semakin ke dalam. Semakin berjalan kedalam semakin terlihat bahwa didalam sana terdapat pria yang tengah di ikat di sebuah kursi kayu yang sudah usang. Dengan darah yang terus menetes dan wajah yang sudah tak beraturan mereka hampir tidak mengenali pria itu. Tapi setelah diamati kembali, ternyata pria itu adalah kakek mereka. Pikiran mereka mulai bertanya-tanya, jika ini kakek mereka... kakek yang bersama mereka selama ini siapa?


     Sudah terlihat jelas bahwa tubuh kakeknya yang mulai membusuk karena berjalannya waktu. Tapi anehnya... kenapa darahnya masih terus menetes?


     "Kak... kita harus bagaimana? aku sudah menduga kalau itu bukan kakek kita," ucap Arjuna dengan lemas hingga tak sanggup berdiri. 


     "Kita harus keluar dari rumah ini secepatnya, nyawa kita tidak aman jika terus tinggal di rumah ini," ucap Ailee.


     Disaat Ailee memberi tanggapan pada Arjuna, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh dobrakan pintu yang berasal dari almari. Disana mereka melihat bahwa 'kakek' mereka atau lebih tepatnya 'makhluk yang menyerupai kakek' kini sedang berjalan kearah mereka dengan langkah yang tertatih-tatih dengan membawa gergaji mesin. Dengan perasaan khawatir, Ailee dengan segera mendorong Arjuna agar kabur dari sana.


     "Pergilah dari sini! cepat sebelum dia membunuhmu!," ucap Ailee dengan terus mendorong Arjuna. 


     "Tidak! aku tidak mau meninggalkan kakak sendiri disini, ayo keluar dari sini bersama-sama, kakak! ayo, kumohon...," ucap Arjuna memohon kepada kakaknya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.


     Ailee yang mendengar pun hanya menggelengkan kepalanya seperti mengisyaratkan bahwa ia tidak bisa ikut dengannya. Gadis itu tersenyum manis diiringi dengan bulir bening yang turut mengalir membasahi pipinya. Ia pun segera memeluk sang adik sebagai salam perpisahan dan memberi kata-kata manis untuk adiknya agar tidak merasa sedih. Ia juga memberikan barang kesukaannya selama ini kepada adiknya, yaitu sebuah lukisan telapak tangan mereka dan setelah itu ia mendorong Arjuna untuk menjauh darinya karena 'sang kakek' sudah mendekat kearahnya.


     "Pergilah ke rumah paman! kakak yakin disana kau akan aman. Jangan lupakan kakak ya! jadilah anak yang baik agar paman mudah mengurus mu---," ucapan Ailee segera dipotong oleh Arjuna yang merasa tak terima bahwa ia akan kehilangan kakak perempuan satu-satunya.


     "Aku tetap tidak mau! lebih baik aku mati bersama kakak daripada---," ucap Arjuna yang kembali dipotong oleh Ailee.


     "ARJUNA!!...," bentak Ailee kepada Arjuna hingga ia tersentak karena ia masih terus berusaha menolak permintaan kakaknya.

     

     "Tolong... kakak mohon dengarkan kakak terakhir kali ini saja. Kakak ingin agar kau tetap hidup. Kau tidak sendiri Arjuna... tolong ikhlaskan kakak dan kakek ya. Kakak selalu menyayangimu, tolong beritahu paman untuk mengebumikan jasad milikku dan kakek," ucap Ailee sekilas menengok ke belakang melihat jarak antaranya dengan 'sang kakek'.


     "Saat kau berjalan pergi, jangan tengok ke belakang, oke? meskipun ada suara yang tidak mengenakan jangan sampai kau menengok ke belakang. Titip salam untuk paman ya, sampai jumpa, sekarang pergilah!!," ucap Ailee yang masih menangis dengan mendorong tubuh Arjuna agar menghadap arah jalan keluar.


     Arjuna dengan langkah berat mulai berlari meninggalkan kakaknya disana bersama 'makhluk' itu. Tak lama kemudian ia mendengar suara gergaji mesin yang seperti sedang memotong sesuatu dengan cepat.

     

      Arjuna menepati ucapan kakaknya bahwa tidak akan menengok kebelakang meski mendengar sesuatu. Jika Arjuna menengok kebelakang mungkin saja ia akan lemas karena melihat kepala dan badan kakaknya yang kini mulai terpisah. Tubuh Ailee yang sudah jatuh ke lantai pun mulai dicabik-cabik dengan kuku panjang milik makhluk itu. Sungguh, makhluk itu sangat kejam, mungkin ia lebih kejam dari iblis Victory. 

     

      Arjuna mulai berlari ke hutan dan menuju ke rumah pamannya. Tempatnya terbilang jauh tapi Arjuna tetap berlari meski beberapa kali ia terjatuh. Dengan air mata yang mulai mengering akhirnya ia sampai di rumah pamannya.

     

     Disana, Arjuna pun mulai menceritakan semuanya kepada pamannya. Awalnya pamannya mengira bahwa cerita Arjuna hanya cerita belaka milik Arjuna yang membuatnya sangat ragu untuk percaya, tapi setelah dilihat-lihat saat ia berlari dengan kakinya yang penuh luka, ia tidak meragukannya lagi.


     Esok harinya, pamannya mulai menyusuri rumah kakek sendirian untuk mencari jasadnya tanpa dibantu oleh orang lain. Sedangkan Arjuna hanya berdiam diri dirumah pamannya. 


     Arjuna kini dirawat oleh pamannya. Ia masih menyimpan hadiah yang diberi kakaknya. Dari kejadian itu, ia mungkin memiliki trauma dan tidak ingin kembali kerumah kakeknya meski hanya berada di halaman rumahnya dan karena kejadian itu ia harus kehilangan anggota keluarganya yang sangat ia sayangi.


     Arjuna pun mulai menyadari bahwa ia memiliki indra ke 6, ia tidak heran jika sering bertemu dengan makhluk-makhluk aneh. Ia juga mulai menerima kenyataan dan memilih mengikhlaskan kedua anggota keluarganya yang berkorban untuknya.


     3 tahun berlalu sejak kejadian itu, kini Arjuna berusia 16 tahun. Tapi entah kenapa, ia merasa bahwa sang kakak selalu disisinya. Apakah benar itu kakaknya? atau yang lain?

Iklan


 

Minggu, 21 Januari 2024

Selamat datang

 Hai, selamat datang di blog saya. Saya manusia. Saya perempuan. Saya suka menggambar dan melukis. Sekian dari saya, selamat datang kembali.

Terima kasih.


Cerita inspiratif

Ali